The Guardian

Rp 17.000.000
SKU: ART-DST-0003449121

Tentang Karya :

Ukuran : 80 x 100 cm
Media : Acrylic, Crayon on canvas

Indonesia

Dhanyang adalah roh halus yang melindungi suatu tempat atau wilayah seperti pohon, gunung, mata air, desa atau bukit. Dhanyang dipercaya menempati suatu tempat yang disebut punden. Dahulu Dhanyang dipercaya sebagai manusia yang datang ke sebuah daerah yang masih berupa hutan belantara, kemudian membersihkan daerah tersebut dan mendirikan sebuah desa. Dhanyang kemudian berperan menjadi lurah dan pemimpin desa. Maka dia berhak membagikan tanah kepada pengikut dan keturunannya. Dhanyang diyakini secara magis selalu melindungi, mengawasi dan memelihara kesejahteraan desa di suatu tempat. Karya ini adalah khayalan saya tentang sosok Dhanyang yang selalu menjaga keseimbangan system kehidupan. Saya mengumpakannya sebagai makhluk yang menyerupai sosok bunga kenanga, dan sedang berdiri dengan tangan terlentang seolah-olah menjaga agar posisi tetap seimbang dan tidak goyah.

Tentang Seniman :

Desta Aji Saputra lahir pada tahun 1995 di Boyolali. Ia merupakan lulusan S1 dari Institut Seni Indonesia Surakarta dan sudah berkarya lebih dari 2 tahun. Saat ini, Desta sedang menekuni teknik decalcomania yang diadopsi dari Max Ernest. Ia suka menggambar karakter-karakter yang ia dapati dari pembacaan novel ‘Centhini’ karya Elizabeth D Inandiak.

English

This artwork is inspired by the Javanese mythical figure of Dhanyang, the guardian of life's balance. Dhanyang is a spirit that protects a place or region, such as a tree, mountain, spring, village, or hill. It is believed to inhabit a location known as a pundit. In ancient times, Dhanyang was thought to be a human who arrived in the wilderness, cleared the area, and established a village. As the village head and leader, Dhanyang had the authority to allocate land to followers and descendants. It is believed that Dhanyang magically protects, supervises, and maintains the welfare of a village at any place. 
The artist imagined it as a creature that resembled a ylang-ylang flower, standing with arms outstretched as if maintaining a steady and unwavering stance

About Artist :

Desta Aji Saputra was born in 1995 in Boyolali. He graduated with a bachelor's degree from the Indonesian Institute of the Arts in Surakarta and has worked for over two years. Currently, Desta is pursuing the decalcomania technique adopted by Max Ernst. 
He enjoys drawing characters inspired by the novel 'Centhini' by Elizabeth D. Inandiak.

Exhibition :

  • Pameran Seni Eksperimental, Surakarta
  • Pameran Gatra Nusantara, UNIMAS Art Gallery Malaysia
  • Pameran ‘Kita Hari Ini’, Bandung
  • Pameran virtual ‘ Pameran Dari Rumah’, Kemenparekraf
  • Pameran ‘Manifesto VII Pandemi’, Galnas Jakarta
  • Pameran ‘ Melukis Asa’, UOB Painting Of The Year 2021
  • Pameran ‘ Nandur Srawung 8; Ecosystem/Pranatamangsa’, Taman Budaya Yogyakarta 2021
  • Pameran ‘ Nandur Srawung 9; Matrix/Mayapada’, Taman Budaya Yogyakarta 2022

Customer Reviews

Be the first to write a review
0%
(0)
0%
(0)
0%
(0)
0%
(0)
0%
(0)